Kaidah dalam memahami sifat-Sifat Allah (bagian 3)
________________________
Adhi saputra, ST, MT, Lc
Salah satu kaidah dalam memahami sifat-sifat Allah ﷻ sebagaimana yang dirinci pada bagian sebelumnya adalah sifat Allah ﷻ ditetapkan dengan cara istbat dan nafi, yaitu Allah ﷻ menetapkan sifat atas diri-Nya dan juga Allah menafikan sifat atas diri-Nya. Penafian sifat atas Allah ﷻ yang terdapat dalam suatu ayat, adalah sebagai penyempurna sifat yang Allah ﷻ tetapkan dalam ayat tersebut dan berlawan dari dari sifat yang dinafikan tersebut.
Sebagaimana Allah ﷻ berfirman :
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ
Allah tiada illah yang berhak diibadahi selain Dia, yang hidup terus menerus mengurus (Makhluk-Nya), Tidak mengantuk dan tidak tidur (Al-Baqarah:255)
Pada ayat ini Allah ﷻ tetapkan sifat hidup (الحياة) dan Allah ﷻ nafikan sifat kematian (الموت), mengatuk (سنة) ataupun tidur (نوم).
Namun bagaimana jika dalam suatu ayat hanya terdapat sifat yang Allah ﷻ nafikan tanpa ada penetapan sifat yang bertentangan dengan sifat yang dinafikan tersebut ?
Terkadang Allah ﷻ menafikan suatu sifat tanpa menetapkan sifat yang berlawanan dengan sifat tersebut dalam suatu ayat. Seperti Allah ﷻ dalam surat Al-Kahfi:49
وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا
Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun.
Pada ayat ini Allah ﷻ menafikan sifat zholim pada dirinya dan dalam ayat ini juga tidak terdapat penetapan (إثبات ) sifat yang bertentangan dengan sifat zholim tersebut, lantas apakah dengan ini kita mengatakan Allah ﷻ menafikan sifat zholim semata ? atau dengan menafikan sifat zholim berarti menetapkan sifat Adil bagi Allahﷻ?
Tentu saja jawaban yang tepat adalah menetapkan sifat Adil bagi Allahﷻ. Maka dari itu, sebagai pemahaman yang tepat adalah jika Allah ﷻ menafikan suatu sifat atas diri-nya dalam suatu ayat adalah menetapkan sifat yang bertentangan dari yang dinafikan tersebut bagi Allah ﷻ walau Allah tidak menetapkannya dalam ayat tersebut atau pada ayat lain.
Sebagai perumpamaan, misal kita mengatakan pada seseorang tentang seorang laki-laki yang lemah dan tidak berdaya, kemudian kita katakan bahwa laki-laki tersebut tidak men-zholimi siapapun karena lemah dan tidak berdayaannya tadi, lantas apakah kita ingin memuji dan menetapkan sifat adil pada laki-laki tersebut ? tentu jawabannya adalah belum tentu laki-laki tersebut bersifat adil. Laki-laki tersebut tidak men-zholimi orang lain bisa karena lemah, bisa karena adil atau bisa karena yang lain.
Hal ini sangat berbeda dengan sifat Allahﷻ. Allah ﷻ tidak men-zholimi orang lain adalah karena sifat keadilan bagi Allahﷻ, bukan karena Allah ﷻ tidak mampu berbuat zholim. Allah ﷻ mampu berbuat sekehendak-Nya tanpa ada yang dapat menghentikan dan mencegahnya. Namun Allah ﷻ memiliki sifat yang sempurna, yaitu sifat Adil dengan keadilan yang sempurna.
Hal ini juga sebagaimana yang Allah katakan melalui lisan Rasulullah ﷺ dalam hadist Qudsi :
يا عبادي إني حرمت الظلم على على نفسي وجعلته بينكم محرما(1)
Wahai hambaku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan sifat zholim atas diri-Ku, dan Aku telah menjadikan kezholiman tersebut sesuatu yang diharamkan diantara kalian.
Maka dengan demikian, jika kita mendapatkan Allah ﷻ menafikan suatu sifat atas diri-Nya dalam suatu ayat (walau tanpa menetapkan sifat yang berlawanan dengan sifat yang dinafikan) maka sifat yang dinafikan tersebut bermakna penetapan sifat yang sempurna terhadap sifat yang bertentangan dengan sifat yang dinafikan tersebut, dan bukanlah bermakna penafian sifat tersebut semata.
Contoh lain Allah ﷻ berfirman:
وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan (An-Naml:93)
Pada ayat ini Allah ﷻ menafikan sifat lengah dan lalai atas dirinya, dan secara otomatis menetapkan sifat ilmu dan pengetahuan yang sempurna atas diri-Nya.
Demikian juga Allah ﷻ berfirman :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍۖ وَّمَا مَسَّنَا مِنْ لُّغُوْبٍ
Dan sungguh, Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak merasa letih sedikit pun (Qaf:38)
Pada ayat ini Allah ﷻ menafikan sifat lelah dan letih atas diri-Nya, maka secara otomatis Allah ﷻ menetapkan sifat kuat dan keperkasaan yang sempurna bagi diri-Nya.
Demikianlah kita menetapkan sifat bagi Allah ﷻ :
أن النفي المحض ليس كمالا حتى يكون متضمنا للاثبات
Sesungguhnya menafiakan (suatu sifat) semata bukanlah merupakan sifat yang sempurna sampai menetapkan sifat yang bertentangan dengan sifat yang dinafikan tersebut (maka ini merupakan sifat yang sempurna).
والله أعلم.
_______________
(1) Hadist Riwayat Muslim (25770
Referensi ;
Aqidah Tadmuriyyah (Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah).
Taqrib Tadmuriyyah (Syaikh Muhammad bin Sholeh Utsaimin).
Syarah Aqidah Tadmuriyyah (Syaikh Muhammad bin Sholeh Utsaimin).